Sabtu, 21 Juni 2014

Putri



            “Putri...” teriakku kala itu.
Gadis kecil dengan tas sekolah dan seragam super rapi mendekatiku. Ia tersenyum malu-malu. Berlari saat namanya disebut dengan lantang, ada bahagia disana.
“Apa mba?” ia mengulurkan tangannya. Kami bersalaman.
“Mba, aku udah boleh sekolah lagi sama ibu. Kata ibu aku ngga perlu mengamen” ia bercerita dengan mata yang berbinar.
“Iyakah?” aku pura-pura tak percaya.
“Lihat dong sekarang aku udah pakai baju seragam lengkap, tasnya juga baru. Sekarang ibu  jadi baik banget loh mba”
Lalu kami berhambur, saling berpelukan. Alhamdulillah, terimakasih Allah.
***

Gadis kecil itu berlari mendekati setiap angkot yang berhenti di depan matanya, kemudian mulai bernyanyi. Duduk didepan pintu sambil membawa sebuah botol yang diisi beras.
            Aku yang dulu bukanlah yang sekarang...
            Gadis kecil itu bernyanyi sembarangan, nadanya sama sekali tak cocok dengan ketukan irama musik yang ia mainkan..
            Ia mengenakan jilbab mungil dikepalanya, bajunya panjang. Ngga jelek-jelek banget. Batinku kala itu.
            Ia mulai mengedarkan amplop untuk diisi uang oleh orang yang berada diangkot itu. Aku masih asik dengan buku yang ada di genggaman tanganku, urung diberikan amplop.
            Maka tibalah aku disebuah mall. Ternyata pengamen kecil itu juga ikut turun. Aku bergegas menuju sebuah toko buku tempatku bekerja. Ternyata ia juga mengikutiku.
            “Mba kerja di salemba?” ia bertanya. Sambil memperhatikan seragam yang aku kenakan. Kemeja merah dengan rok hitam selutut lengkap dengan highheels.
            Aku hanya mengangguk pelan, meninggalkannya dibelakang.
            Aku tergesa-gesa memasuki toko, setengah berlari sambil menguncir rambut. Setengah melirik jam di depan penitipan barang. Yes belum telat.
            “Tumben lo telat” Mala menegur sambil menyapu lantai kasir.
            “Iya kesiangan” aku menjawab sambil berlari.
            “Yaudah cepat, gue belum nimbang plastik” ia lagi-lagi berteriak.
            Aku hanya mengacungkan jempol kananku.
            Aku mempercepat langkah menuju ruang kerjaku, semoga kepala bagian belum datang.
            “Tumben Zee baru datang” bu Yuni menegurku.
            “Iya bu maaf telat” jawabku sambil menyodorkan kartu absen padanya.
            “Nanti jam 10 datang barang ya, jangan lupa buat General record” ia menjelaskan sambil menghitung uang dipetty cash.
            “Pipit mana bu?” aku balik bertanya.
            “Masuk siang” jawabnya sambil membenarkan sepatunya “oh iya Zee, kan ibu mau ke pusat. Nanti kamu yang atur toko ya”
            “Berarti aku lembur?”
“Iya” jawabnya lagi sambil memberikan kunci petty cash. “Seperti biasa ya, ibu ke pusat dulu” ia keluar dari ruangan.
“oh iya Zee, returnya jangan lupa”ujarnya sambil balik kanan.
“Iya bu”
***
            Tepat pukul 10:00 tim ekspedisi datang dengan membawa puluhan kardus. Aku menyiapkan buku yang biasa digunakan lengkap dengan stempelnya. Serta retur penjualan beberapa waktu lalu.
            “halo pak, sehat?” sapaku pada pak Sugeng. Kepala ekspedisi.
“Alhamdulillah” jawabnya singkat, kumisnya bergoyang-goyang.
“Banyak pak barangnya?” aku bertanya sambil memeriksa form serah terima barang.
“Sedikit. Ada 50 kardus deh pokoknya”
Aku mengambil troli kecil untuk mengambil barang didepan, saat itu toko tempatku bekerja berada di belakang sehingga harus menggunakan troli ini.
            “Je, bantu gue” aku berteriak.
            “Apa si Zee?” Jeje menggaruk kepalanya.
            “Itu sama mas Dwi ambil barang didepan” aku menyodorkan troli.
            Aku masih sibuk memeriksa form, sambil mencatatnya dibuku khusus.
            “oh iya pak, pengiriman yang kemarin itu ada yang cacat. Jadi retur deh. Titip ya pak buat pak Joko” aku menyerahkan lembar retur penjualan. Ia menerimanya sambil tersenyum.
            “Oh iya, mba lihat anak kecil yang suka mengamen didepan sana ngga?” matanya mencari.
            “Yang mana pak?”
            “Itu loh yang pakai kerudung, 6 tahunan deh umurnya”
            “Loh, bapak kenal sama dia?” aku berhenti menulis.
            “ya kenal mba, dia kan sering kesini”
            “Loh? Emang ya?”
            “Mba keseringan diruangan sih. Gimana mau kenal orang” pak sugeng tertawa pelan.
            “Tapi tadi pagi dia ngikutin saya pak, saya jadi takut. Kabur deh” aku ikut tertawa.
            “Apa Zee? Lo kabur gara-gara diikuti sama pengamen kecil itu?” Mala bertanya penasaran, sedikit meledek.
            “Ya abis gimana, kan gue ngeri”
***

            Namanya Putri, hari ini usianya tepat 8 tahun. Duduk dikelas 2 SD. Mengamen sejak masuk sekolah dasar. Sebenarnya sang ayah masih ada, penghasilannya pun bisa dibilang cukup. Entah mengapa sang ibu, menyuruhnya untuk mengamen. Mencari logam-logam kehidupan.
            “Mba Zee, aku kan ulangtahun” ucapnya sambil menghitung logam-logam yang ada ditasnya.
            “Oh ya?”
            “Iya mba, tapi nggak dirayakan” keluhnya.
            “Itu kan dapat uang banyak, Put” aku pura-pura mengintip tasnya.
            “Ini buat mama” ia memajukan bibirnya.
            “Loh kok? Nggak buat ayah?” aku penasaran.
            “Bapakku kan kerja mba, aku juga sering dikasih uang sama bapak”
            “Berapa?”
            “Sepuluh ribu, mba”
            “Hah?” jujur saja aku kaget sekali. Aku menelan ludah, nilai itu sama seperti dua kali uang jajanku pada saat duduk dikelas 3 SMK. “Kan udah banyak dikasih sama bapak. Kenapa masih ngamen?”
            “Disuruh mama”
            Ada sesak tak terkira saat anak kecil itu mengungkapkan sesuatu yang sangat diluar nalarku. Seharusnya gadis kecil itu takperlu mengamen. Uang jajannya sudah lebih dari cukup. Lalu mengapa sampai harus mengamen.
***
            Pagi itu aku melihat Putri bergandengan dengan anak kecil yang jika kutebak umurnya masih 4 tahun. Ia menggangdengnya penuh kasih. Sementara itu dibelakangnya ada seorang ibu dengan pakaian sangat indah dan balutan make up yang luar biasa menurutku, mengikuti dua gadis itu dari belakang.
            Kali ini yang menjadi pertanyaanku, siapakah ibu yang berada dibelakang dua gadis itu? Kalaupun hanya kebetulan melalui jalan yang sama mengapa gadis kecil  yang digandeng tangannya oleh Putri berkali-kali pula merajuk kearah ibu itu? Apa mungkin itu ibunya? Kenapa terlihat cantik sekali. Namun, belum saatnya aku menemukan jawaban.
            Aku hanya mengamati dari jauh, setelah mengamen dua gadis itu memberikan seluruh isi tasnya pada ibu itu. Aku menunggu ibu itu pergi lalu aku akan bebas mengintrogasi dua bocah itu.
            “PUTRI” aku berteriak memanggil.
            Ia menoleh, lalu menghampiriku.
            “Ada apa mba?” ia mendatangiku dengan riang.
            “Tadi siapa?”
            “Mama”
            Allahu Rabbi... ada sungai mengalir tepat dikedua mataku. Aku memeluknya ringan. Menatapnya lembut, mereka hanya diam.
            Allahu Rabbi, mengapa harus seperti ini? Apakah ini bagian atas pelajaran bagaimana mensyukuri nikmat-Mu? Agar tidak serakah dan memantaskan diri dihadapanMu? Apakah ini bagian dari segala rasa syukurku yang masih terbatas.
            Allahu Rabbi, apakah ini bagian dari cara anak berbakti pada ibunya? Apakah benar yang dilakukan sang ibu, menyuruh anaknya meminta pada orang lain? Padahal dalam kitab suci, sudah jelas. Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah.
            “Mba Zee, kenapa nangis?” Putri heran sendiri.
            “Kenapa kamu mau disuruh mama mengamen?”
            “Putri sayang sama ibu, Putri mau disuruh apa aja” aku mempererat pelukanku.
            “Terus uangnya sama ibu dipakai buat apa?”
            “Buat beli baju baru dan bedak mba” ia menahan getar suaranya.
            “Putri cuma mau ibu bahagia” lanjutnya lagi;
            Allahu Rabbi, begitu tulus hati dua bocah ini. Sampai mereka tak sadar bahwa kali ini mereka sedang dimanfaatkan. Dikuras tenaganya. Salju itu semakin mencair, membanjiri hatiku.

Fajar Afika

29122013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Staycation Seru di Bekasi

Saat libur panjang tiba tak jarang aku bingung harus liburan kemana. Mau keluar negeri, budget terbatas. Mau ke liburan ke daerah puncak, ma...