Berdakwah itu tidak selalu mudah. Seringkali ada cercaan dan makian datang
silih berganti. Diperlukan hati yang lapang untuk menerima berbagai reaksi
negatif. Sebenarnya ada cara yang cukup ampuh untuk berdakwah. Daaaan, tidak
sulit tanpa harus cuap-cuap memberitahu dalil tentang amalan.
Kali
ini tentang jilbab. Sungguh miris sekali ketika melihat penampilan muslimah
berjilbab saat ini, banyak sekali yang tidak sesuai aturan. Misalnya
menggunakan jilbab mini atau transparan yang tentu sesuai syariat Islam. Dari
situ, kami memikirkan cara yang mudah untuk menyampaikan tanpa menyinggung.
Mulai
dari ide berdakwah, kami memutuskan untuk membuat film bertema “Hijrah”. Kenapa
malah hijrah bukannya hijab? Karena menurut definisi kami, hijrah itu bergerak.
Kami sendiripun masih dalam proses hijrah maka kami mengangkat tema itu.
Menurut kami, hijab itu masuk ke dalam proses hijrah.
Sekitar
pertengahan April 2014 kami dari kelas ILIFAT YISC Al-Azhar Angkatan Januari
2014 (Angkatan Al-Fatih) mengusung ide untuk menggarap Film pendek bertema hijrah, dimana film
tersebut menceritakan tentang perjuangan hijrah seorang gadis dan perjuangan dakwah gadis lain. Penulis Skenario ini
Resty Puji Octaviani dibantu oleh Teti Srikurniawati. Di film ini kami hanya
menggunakan tiga tokoh, satu pemeran utama dan dua pemeran pendukung. Dimana
Teti Srikurniawati sebagai pemeran utama. Irene Rahmadinda dan Lobelia Asmaul
Husna sebagai pemeran pendukung. Sementara kameramen dan editornya adalah Ibnu
Bagus Jati Anggoro dibantu oleh Ginanjar Akbar Wicaksono dan Muhammad Farid
serta Jeanitha Tiara sebagai seksi sibuk (hihihi :D)
Tepat
pukul 08:00 WIB kami memutuskan untuk berkumpul di Kompleks Masjid Agung
Al-Azhar, Kebayoran Baru. Ibnu dan Akbar dengan semangat luar biasanya membawa
kamera dari rumah. Resty datang paling pertama sambil mengedit skenario (lagi),
kali ini dibantu oleh Ibnu. Nah, bicara skenario... ini bukan naskah yang jadi
dalam sekejap, perlu editing berkali-kali dan beberapa orang untuk menjadikan
naskah ini luar biasa.
Film
ini menceritakan tentang perjuangan Zee menggunakan jilbab syari. Dimana saat
itu ia berteman dengan Vinna, seorang gadis yang cukup supel. Ia mengenal
siapapun, termasuk Winda. Winda sendiri adalah seorang kakak tingkat yang
sangat baik, ia tak pernah terlihat berwajah masam serta lembut sekali
(siapapun pasti suka).
Sebenarnya,
Zee sudah lama ingin berkenalan dengan Winda, tapi Zee pemalu dan tidak berani
berkenalan. Maka Vinna yang mengenalkan mereka berdua. Seiring berjalannya
waktu, Zee dan Winda berteman akrab. Saat itu Zee masih menggunakan jilbab yang
transparan, hingga akhirnya Winda memberikan jilbab syari.
Keesokan
harinya, saat Zee menggunakan jilbab yang diberikan Winda. Saat dimana Zee
ingin menunjukkan pada Winda bahwa ia sudah berjilbab Syari. Datanglah kabar
buruk, Winda meninggal dunia. Sejak saat itu, Zee memutuskan berjilbab syari.
Jauh langkah
Tanpa Arah
Terjun dalam
duka
Bergulir atas
puja-puji nista
Terbawa arus
hingga samudera
Hingga...
Ambil kaca, sadar tak
lagi muda
Ada jiwa pinta
surga
Henti dosa,
raih Jannah
Film
ini memberikan pesan bahwa, dakwah tak selalu harus menggurui. Dakwah bisa
sangat menyenangkan “Show dont Tell”. Dan berdakwah bisa kapan saja. Dakwah tak
mengenal waktu, tak mengenal usia. Berdakwahlah selagi bisa.
Inilah
persembahan ILIFAT untuk Umat.
Semoga kami bisa membuat rangkaian film-film pendek yang terus menginspirasi.
Paragraf ke 2 ada kekurangan ya sepertinya "Misalnya menggunakan jilbab mini atau transparan yang tentu sesuai syariat Islam". mungkin penulis lebih paham
BalasHapusMaaf untuk koreksinya