Semua orang ingin hidup sehat sejahtera tanpa kurang satu apapun. Namun pada kenyataannya, semua tidak selalu sesuai ekspektasi.
Aku akan memulai ceritaku tentang gangguan jiwa. Skizoafektif namanya. Terdengar asing bagi beberapa orang namun tidak untukku.
Psikiater yang menanganiku telah mendapatkan diagnosa tersebut tepat beberapa kali aku konsultasi dengan beliau. Hal itu sempat membuatku jatuh. Bagiku skizo adalah penyakit yang mematikan. Iya mematikan akal sehat.
Bagaimana tidak? Aku harus bersahabat dengan halusinasi yang tak kunjung aku temui kebenarannya. Kemudian aku harus menghempaskannya jauh-jauh.
Skizoafektif adalah gangguan halusinasi dan gangguan mood. Biasanya pada pasien yang mengalami halusinasi seperti pasien skizofrenia memerlukan obat untuk di minum setiap hari. Jika tidak di minum akan menimbulkan disabilitas mental dan terkadang berakhir pada pemasungan.
Diagnosaku tidak sedikit. Namun sebagai diagnosa awal cukuplah skizoafektif yang aku terima dengan baik.
Bagaimana tidak? Aku harus bersahabat dengan halusinasi dan waham yang menghampiri. Selain itu, jika moodku sedang dalam keadaan tidak normal, bukan berarti aku bebas tidak melakukan apapun.
Kadang aku berfikir bagaimana caranya melukai diri sendiri. Bagaimana agar orang lain terluka juga. Aku hanya berfikir bagaimana caranya aku bisa puas.
Parahnya, aku biasa puas dengan melihat banyak darah yang mengalir. Tidak lebih dari itu. Seolah ada kepuasan tak terhingga dalam kejadian tersebut.
Sementara itu, aku kadang merasa kosong dan hidupku entahlah akan dibawa kemana. Aku seolah hanya mengikuti waktu dan angin yang membawaku pergi.
Aku bahkan lupa caranya berani untuk berada di tengah keramaian. Aku kini menjadi seorang yang penakut.
Pada suatu masa, seseorang membisiki agar aku membunuh seseorang agar aku bahagia. Bagaimana mungkin, bisa bahagia dengan menyakiti orang lain. Aku hanya ingin bahagia dengan caraku sendiri. Namun tidak dengan menyakiti orang lain. Aku ingin hidup normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar