Senin, 13 Agustus 2018

Why Me God?

Aku terlahir normal tidak ada cacat fisik. Alhamdulillah. Namun sesuatu merenggut jiwaku. Trauma yang terus menerus di tumpuk menjadikanku tumpul dalam menjalani kehidupan. Sakit secara psikis.

4 Tahun, 1997
Siang itu aku bermain sepeda. Tertawa girang layaknya anak usia empat tahun. Seolah tanpa dosa aku bermain-main. Tiba-tiba seorang bapak memarahiku, jahat sekali. Ia membentakku keras sekali. Saat itu ia memang orang yang cukup terpandang di wilayah tempat tinggalku. 
Ia lantas dengam kasar memarahiku. Menjadikanku pelampiasan kemarahannya. Tanpa tedeng aling-aling mulutnya terus saja berbicara kasar sekali. 
Nyatanya tidak satu dua kali ia memarahiku.


5 Tahun, 1998
Aku bertengkar hebat dengan adikku. Entah bagaimana ceritanya banyak orang yang menonton dan bersorak sorai. Hingga akhirnya bapak yang memarahiku sejak usiaku empat tahun ikutan datang dan memarahi. 
Katanya begini,  "kamu lama-lama bisa membunuh nenekmu".
Aku geram. Sakit hati sekali atas perkataannya. Tidak sampai disitu, dia menunjuk-nunjukku tajam. Aku membenci dirinya.


Pertengahan 2015
Aku lulus Sekolah Dasar. Kemudian aku memilih untuk ikut tes di sebuah sekolah negeri ternama di kotaku. 
Setelah serangkaian tes aku lalui, aku gagal. Iya aku gagal setelah rasa optimis aku pertaruhkan. Setelah rasa kecewa aku dapatkan. Seolah aku tak dapat berfikir jernih. Kemana lagi aku akan melanjutkan sekolahku. Pasrah. 
Orangtuaku akhirnya mendaftarkanku ke sebuah sekolag yang aku amat tidak menyukainya. Namun aku akhirnya bertahan selama tiga tahun dengan amat terpaksa. Aku bahkan di bully selama disana. Bertahun lamanya aku bertahan. Akhirnya aku lulus dengan nilai memuaskan. 
Akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan ke sebuah sekolah kejuruan terkenal di kotaku. Aku lulus dan di terima. Alhamdulillah.


Mei 2008
Kakak dari sahabatku menikah. Aku lantas diminta menjadi pagar ayu. Ayu mengangguk setuju.
Pada saat acara seorang laki-laki  yang tidak lain adalah sepupu dari sahabatku mendekatiku. Kami pun berbincang hangat. Jujur aku menyukainya. Amat menyukainya. Dia asyik diajak berbibcang. Wawasannya luas dan tidak sombong.
Akhirnya kami berpacaran. Aku bahagia sekali meskipun restu ibunya belum dapat ku raih. Masa bodo. Semoga suatu saat nanti bisa aku dapatkan. Fikirku saat itu.
Nyatanya, seorang perempuan bernama Seruni datang mengusik kehidupan percintaan kami. Ia bagai perempuan yang mengemis cinta pada lelakiku saat itu. 
Seruni adalah makhluk yang nyata-nyata merusak bagian terpenting dalam hidupku. Cinta. 
Ia membuatku meragukan apa itu cinta. Aku jadi menganggap bahwa perempuan harus mengemis untuk di kasihani. Mengemis untuk di cintai. 
Aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Iya semuanya. Menghindari laki-laki itu dan tidak lagi mengganggunya sampai ia mengakhiri hubungannya dengan Seruni. Begitulah niatnya. 

15 November - 6 Desember 2010
Aku mengenal seorang teman laki-laki. Anaknya baik sekali. Aku amat menyukainya. Kemudian kami berpacaran. Namun takdir berkata lain. Ia meninggal pada 6 Desember 2010. Saat aku sedang sayang-sayangnya. Saat perasaanku membuncah kagum padanya. Saat sebuah janji baru saja diucapkan. Saat aku sedang percaya bahwa ia akan memenuhinya beberapa tahun lagi. 

Saat aku mencintainya. Iya aku jatuh cinta padanya. Cinta yang aku rasa dalam dan tulus tanpa paksaan.
Aku bahagia saat itu. Hingga akhirnnya maut menyapa untuk segera berpisah. Selamanya. 

Maret 2015
Akhir Maret menjadi sesuatu yang amat menyedihkan bagiku. Nenekku, perempuan yang sangat aku sayangi harus pergi meninggalkanku selamanya. 

September 2018
Dan semua berawal disini. Bisikan itu hadir. Ia menyuruhku lompat dari mobil yang sedang melaju di jalan tol. Mobil yang sedang berada disisi kiri jalan. Aku hampir saja membukanya. Kemudian bisikan itu terus ada setidaknya sampai saat ini. Ia terus menggangguku. 
Bisikan itu jahat sekali dan aku amat membencinya. Aku ingin sekali ia pergi. Sungguh ia hadir dimana-mana. Dimanapun aku berada ia selalu mengikuti. 
Aku akhirnya memutuskan ke psikiater dan di vonis skizoafektif dan gangguan kepribadian tidak stabil tipe ambang. 
Aku kadang bisa menciptakan karakter lain dan itu amat nyata. Dan itu bukan aku. Setelah di teliti, ada trauma yang bersarang dan itu terus di tumpuk. 
Aku banyak berhalusinasi dan terus berhalusinasi. Aktivitasku terganggu dan tidak dapat di selamatkan karena halusinasi yang tidak kunjung hilang.
Ia seolah menjadi teman yang mematikan. Aku ingin sekali menyerah dan tidak kembali lagi bersama halusinasi. 

fajarafika.blogspot.com

2 komentar:

  1. Aku mengerti perasaanmu, Dek
    Bersyukur resti bisa nulis jadi bisa nyampah y

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah iyaa kak... Jadi ngga terlalu stres ya kak

      Hapus

Staycation Seru di Bekasi

Saat libur panjang tiba tak jarang aku bingung harus liburan kemana. Mau keluar negeri, budget terbatas. Mau ke liburan ke daerah puncak, ma...