Aku menderita halusinasi parah. ada suara yang menyuruhku untuk bunuh diri atau membunuh oranglain. itu sangat menakutkan bagiku. Aku berulang kali ingin melakukan percobaan pembunuhan dan percobaan bunuh diri.
Obat yang diberikan psikiater telah aku minum dengan rutin tapi bisikan itu terus saja menghampiriku. Aku tidak kuat untuk menahannya. Akhirnya setelah konsultasi dengan psikiater aku harus di rawat inap di RSJ di timur Jakarta.
Suasana disana sangat kondusif, bahkan aku bisa istirahat dengan nyaman. Tidak ada gangguan berarti pada siang hari dan tidak ada yang menggangguku selama aku berada disana. Awalnya aku kira aku akan dimasukkan ke dalam semacam jeruji besi, namun ternyata tidak demikian. Aku hanya ditempatkan pada ruangan biasa yang ada ruang tengahnya dan ada kamar-kamar.
Aku dirawat di ruang kelas 1, dengan jumlah pasien dalam satu kamar berjumlah dua orang dan teman sekamarku adalah seorang ibu berperawakan gemuk. Orangnya sangat kooperatif dan bisa diajak bekerja sama.
Untuk masalah makanan, aku diberikan makanan yang bergizi tentu saja. Terdiri atas nasi, sayur, lauk pauk dan susu. Adapun perbedaan antara kelas 1, 2 dann 3 adalah cara penyajiannya. Dimana kelas 1 disajikan pada piring-piring tertentu yang dipisahkan antara nasi, lauk, dan sayurnya. Sementara Kelas 2, dipisahkan antara nasi dan lauk beserta sayur pada tempat makan bersekat. Sementara kelas 3 menggunakan nampan bersekat.
Malam hari suasana menjadi mencengangkan lepas pukul 03.00 WIB. Aku yang terbiasa bangun pada pukul itu tentu saja secara otomatis terbangun dari tidurku. Kemudian aku lihat ibu di sebelahku sedang berteriak minta tolong untuk di panggilkan suster. Aku yang awam tentu saja menuruti untuk memanggil suster. Serelah aku panggilkan, yang dijawab suster adalah "Ibu yang gemuk itu ya? Gapapa dia emang sakitnya begitu. Kamu tidur lagi aja"
Padahal aku juga tidak tahu kalau aku kambuh kondisinya seperti apa. Apakah meraung-raung ataukah hanya menangis dalam diam.
Suasana disana sangat kondusif, bahkan aku bisa istirahat dengan nyaman. Tidak ada gangguan berarti pada siang hari dan tidak ada yang menggangguku selama aku berada disana. Awalnya aku kira aku akan dimasukkan ke dalam semacam jeruji besi, namun ternyata tidak demikian. Aku hanya ditempatkan pada ruangan biasa yang ada ruang tengahnya dan ada kamar-kamar.
Aku dirawat di ruang kelas 1, dengan jumlah pasien dalam satu kamar berjumlah dua orang dan teman sekamarku adalah seorang ibu berperawakan gemuk. Orangnya sangat kooperatif dan bisa diajak bekerja sama.
Untuk masalah makanan, aku diberikan makanan yang bergizi tentu saja. Terdiri atas nasi, sayur, lauk pauk dan susu. Adapun perbedaan antara kelas 1, 2 dann 3 adalah cara penyajiannya. Dimana kelas 1 disajikan pada piring-piring tertentu yang dipisahkan antara nasi, lauk, dan sayurnya. Sementara Kelas 2, dipisahkan antara nasi dan lauk beserta sayur pada tempat makan bersekat. Sementara kelas 3 menggunakan nampan bersekat.
Malam hari suasana menjadi mencengangkan lepas pukul 03.00 WIB. Aku yang terbiasa bangun pada pukul itu tentu saja secara otomatis terbangun dari tidurku. Kemudian aku lihat ibu di sebelahku sedang berteriak minta tolong untuk di panggilkan suster. Aku yang awam tentu saja menuruti untuk memanggil suster. Serelah aku panggilkan, yang dijawab suster adalah "Ibu yang gemuk itu ya? Gapapa dia emang sakitnya begitu. Kamu tidur lagi aja"
Padahal aku juga tidak tahu kalau aku kambuh kondisinya seperti apa. Apakah meraung-raung ataukah hanya menangis dalam diam.
Sementara itu, ada beberapa pasien lain yang membuatku bersyukur lebih banyak. Sebut saja Mawar. Ia berulang kali memanggil ayah dan ibunya. Dari situ aku bersyukur bisa bertemu orangtuaku setiap hari.
Secara keseluruhan, suasana disana damai, tentram dan menenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar