Sabtu, 14 Maret 2020

Mental Health? Booming Banget Sekarang!

Belakangan isu kesehatan jiwa seringkali menjadi sebuah topik yang menarik untuk diperbincangkan. Padahal, masalah kesehatan jiwa ini sudah muncul sejak lama sekali. Bisa jadi sejak nenek moyang kita masih berdiri tegak di bumi, kesehatan jiwa adalah masalah yang cukup serius untuk kelangsungan hidup banyak orang. Baik bagi yang mengalami gangguan kesehatan jiwa maupun pendampingnya.

Apakah orang-orang yang hidup pada masa yang lampau tidak mengalami masalah pada kejiwaannya? Tentu saja ada, hanya saja pada zaman dahulu tidak ada sosial media. Dimana hal itu dengan mudah mengirimkan berita atau kabar pada seluruh dunia ketika kita meng-klik tombol posting.
Zaman dulu, bertukar kabar saja lewat burung merpati.

Semakin berkembangnya zaman, isu kesehatan jiwa ini makin diperhatikan. Meskipun baru sedikit sekali yang mau memahami. Kesehatan jiwa seringkali dikaitkan dengan masalah spiritual dan supranatural. Isu ini dikaitakan dengan lemahnya iman, jauh pada Tuhan, kurang bersyukur dan sebagainya.



Sumber gambar : google

Saya sendiri melihat dan menyaksikan langsung, sejak 2018 hampir semua orang peduli pada isu kesehatan jiwa antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya tidak semua orang melihat gangguan jiwa adalah hal yang buruk. Sementara sedihnya itu karena kalau lagi kontrol di Rumah Sakit itu jadi ramai banget. Sekaligus saya juga merasa bahwa apa yang salah dengan kehidupan sekarang ini sehingga banyak sekali orang berbondong-bondong mencari pertolongan pada profesional di bidang kesehatan jiwa.

Untuk saya boomingnya isu kesehatan jiwa ini membawa dampak yang sangat baik. Artinya semua orang peduli dengan kondisi kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Karena, seperti yang kita ketahui bersama, bahwa kesehatan mental adalah suatu masalah kesehatan yang sangat dianaktirikan. Seolah mereka yang mengalami masalah secara mental tidak dapat hidup layak dan melaksanakan perannya sebagai manusia sebagaimana mestinya.

Padahal, jika saya melihat dari kacamata saya pribadi, setiap orang berhak kok untuk berprestasi dan berkontribusi dimana pun dan dengan cara apapun, selama menggunakan cara-cara yang baik. Namun karena terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa, bagaimana pencegahannya dan apa yang harus dilakukan jika sudah terkena masalah pada kesehatan jiwa, menjadikan pertolongan pertama yang seharusnya didapatkan menjadi terlambat karena minimnya informasi.

Saya tidak tahu secara pasti. Namun yang saya rasakan ketika akan meminta pertolongan, saya tidak tau harus kemana, bertemu dengan siapa dan bagaimana caranya. Apalagi pada saat itu masalah kesehatan jiwa adalah hal yang wajib disembunyikan. Karena stigma yang buruk menjadikannya sebagai aib yang harus ditutupi.

Jujur saja saat itu saya merasa dunia tidak adil. Apakah di dunia ini yang dinamakan sakit itu hanya terbatas pada sakit jantung, paru dan penyakit fisik lainnya. Lalu apakah mereka yang hidup dengan masalah kesehatan mental tidak berhak mendapatkan pertolongan? Pertanyaan yang hingga saat ini masih terus berputar di dalam pikiran saya.

Bahkan hingga saat ini masalah kesehatan mental ini belum menyeluruh. Tentu saja masih ada beberapa pihak yang menyatakan ini adalah penyakit yang dibuat-buat, bagian dari dusta dan pura-pura. Eh, tapi siapa sih yang mau sakit? kan enggak ada!
Saya yakin, semua orang itu maunya hidup sehat jiwa raga, bahagia dunia akhirat.

Jadi, please stop mendiskriminasi dan memandang buruk.

Yuk, sama-sama kita bangun hidup bahagia, sehat jiwa dan raga.
Mari berjuang bersama, karena berjuang sendiri rasanya hampa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Staycation Seru di Bekasi

Saat libur panjang tiba tak jarang aku bingung harus liburan kemana. Mau keluar negeri, budget terbatas. Mau ke liburan ke daerah puncak, ma...