Rabu, 15 Desember 2021

Rumah Terbaik bagi Pasutri Baru

Bagi pasangan yang akan menikah tidak jarang akan ada pembahasan tentang menemukan tempat tinggal. Tidak jarang juga akan ada sedikit perdebatan ketika membahas hal ini. Mencari tempat tinggal yang baik bagi pasangan yang baru menikah adalah suatu yang urgent, setidaknya menurut saya.

Kenapa saya bilang urgent? Karena nantinya pasangan baru ini akan banyak beradaptasi dengan kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Oke, misal mereka pernah berpacaran bertahun-tahun, tapi apakah sudah menjadi tolok ukur bahwa mereka bisa saling mengerti, nggak kan? Bahkan teman saya pacaran delapan tahun, menikahnya tiga bulan. Yhaa memang pacaran banyak kepalsuan.


Maka kembali lagi dengan adaptasi. Bagi saya, adaptasi adalah hal yang sulit dan tidak jarang akan timbul salah paham. Jika dengan pasangan saja harus melakukan adaptasi yang intens, bagaimana kalau harus langsung beradaptasi dengan keluarganya? Itulah yang akhirnya membuat saya memutusakan hidup terpisah dari orang tua/mertua.

Bukan bermaksud menjauhkan diri, toh saya dan suami juga menyewa rumah yang direkomendasikan oleh orang tua. Jika memang dari awal berniat menjauhi orang tua, tentu saya akan memilih tempat tinggal yang jauh. Mungkin yang kalau lebaran atau hari besar lainnya aja baru datang. Realitanya kan tidak demikian. Bahkan jarak tempat tinggal saya ke rumah mertua itu bisalah sehari bolak-balik sepuluh kali. Dekat banget tapi ada jarak.

Alasan saya memilih hal tersebut adalah mengacu pada hak saya sebagai istri. yaitu berhak meminta tempat tinggal yang nyaman dan aman. Alasan lain, karena mengacu pada apa yang diajarkan Rasulullah, ketika menikahkan perempuannya, dimana anak-anak Rasulullah harus ikut tinggal bersama suaminya. Bahkan Sayyidah Fatimah pun diminta oleh Rasulullah untuk tinggal bersama Ali bin Abi Thalib yang rumahnya jauh lebih kecil daripada tempat tinggal Rasulullah kala itu.

Jika ditarik garis lurus ke belakang lagi, ada hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa boleh mertua dengan menantu satu rumah, tetapi dapurnya berbeda. Bahkan dalam satu ceramah saya pernah mendengar bahwa kalau bisa satu rumah tapi ada dua pintu. Dimana sisi pintu lainnya untuk akses keluar masuk pasangan anak dan menantu ini, 

Misalnya, dalam satu rumah tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak. Kemudian salah satu anaknya menikah. Maka bagi anak yang menikah sebisa mungkin harus dibuatkan akses keluar masuk yang berbeda. Tujuannya ketika istrinya ingin menyambut kedatangan suami selepas kerja tanpa ada intervensi dari pihak lain. Termasuk didalamnya mengomentari pakaian yang dikenakan, bagaimana ia melayani suami, kebiasaan rutin ketika suaminya pulang kerja, dan sebagainya.

Kondisi ideal memang seperti yang saya sebutkan diatas, tapi bagaimana jika tidak menemukan kondisi yang ideal? Ya harus belajar pentingnya siasat komunikasi dengan mertua dan ipar. Untuk masalah komunikasi, perlu banget support dari suami. Makanya, betapa pentingnya memilih pasangan yang bisa diajak menyusun strategi bersama. Bukan hanya punya pekerjaan tetap, punya penghasilan

Bagaimana jika mertua atau orang tua sudah sepuh sementara kita adalah anak satu-satunya. Coba komunikasi dengan keluarga. Apakah ada jalan tengah supaya semua merasa nyaman. Karena kalau tidak nyaman sejak awal, tidak menutup kemungkinan akan merasa berat juga menjalani hari-hari berikutnya.

Karena sejatinya pernikahan adalah perkenalan terus menerus sepanjang hidup. Sejauh apa kita menerima pasangan kita beserta keluarga besarnya. Menerima disini bukan berarti harus memperlakukan secara khusus tapi bagaimana sopan santun seharusnya saja. Karena sebagai manusia, kita tentu tidak bisa menyenangkan semua orang.

Dalam hubungan pernikahan, tentu maunya punya saudara-saudara yang satu visi dan misi. Tapi kan untuk menyatukan seluruh keluarga besar bukan sesuatu yang bisa dibilang mudah. Apalagi dengan banyaknya perbedaan mulai dari suku, lingkungan sampai tingkat pendidikan. Tentu saja kita tidak bisa menawar mau dapat keluarga seperti apa, layaknya kita tidak bisa request mau dilahirkan dari rahim siapa. Semua harus diterima sebagai keluarga, kalau soal dekat yaa terserah tapi mengakui ya tetaplaah yaaa.

Untuk tinggal terpisah dengan orang tua tentu banyak hal pula yang menjadi pertimbangan dengan beberapa case khusus. Bagi saya, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dengan khusus, baik tinggal serumah ataupun terpisah, misalnya :

  • Bagaimana  jika orang tua sudah sepuh dan perlu diperhatikan?
  • Bagaimana jika pasangan adalah anak tunggal?
  • Bagaimana jika bapak dari pasangan sudah berpulang dan masih ada adik yang harus dibiayai?
  • Bagaimana jika orang tua pasangan sepenuhnya bergantung pada pasangan kita?
  • Kalau tinggal satu rumah, kemudian mau makan di luar, sementara ibu mertua sudah masak, harus bagaimana?
  • Apa bisa menyesuaikan kebiasaan pagi hari di rumah mertua?
  • Untuk makan, biasa makan bersama atau masing-masing?
  • Kalau ada anggota yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, siapa yang akan menegur?

Oh iya, mungkin orang tua atau mertua ingin anak dan menantunya tinggal bersama agar ada yang mengurusnya saat sakit atau ada tempat berbagi beban. Tidak jarang mertua ingin dianggap seperti orang tua kandung, bukannya tidak bisa ya, tapi kalau sama mertua udah seperti ke orang tua kandung takut dibilang tidak sopan. Misalnya, ketika dengan orang tua kandung bisa minta tolong untuk dibuatkan makanan kesukaan, tapi sama mertua kan belum tentu. Semua butuh penyesuaian.

Bukan tidak menutup kemungkinan bahwa ada orang tua yang memang tidak mau tinggal bersama anak, karena berbagai alasan. Misal agar bisa tetap istirahat maksimal tanpa harus terganggu saat cucu menangis.

Bagi saya, dimanapun akan tinggal harus tetap menyadari bahwa semua hal yang menjadi keputusan dalam keluarga kecil saya adalah keputusan antara suami dan istri. Keluarga lain boleh kasih saran, tapi tidak boleh memaksakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Staycation Seru di Bekasi

Saat libur panjang tiba tak jarang aku bingung harus liburan kemana. Mau keluar negeri, budget terbatas. Mau ke liburan ke daerah puncak, ma...