Sabtu, 30 April 2022

Kusta, Pencegahan dan Dinamika Perawatannya

Kusta merupakan penyakit yang sudah ada sejak dulu yang disebabkan oleh kuman Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.

WHO mengklasifikasikan kusta ke dalam 2 kelompok, yaitu:

  • Pausibasiler: 1-5 lesi, kusta jenis ini menyebabkan rasa baal yang jelas dan menyerang satu cabang saraf.
  • Multibasiler: lesi >5, kusta multibasiler tak seperti pausibasiler, rasa baalnya tidak jelas, dan menyerang banyak cabang saraf.





Menurut dr. M Riby Mochamoed MPH,  kasus kusta tidak kunjung selesai karena adanya stigma di masyarakat, sehingga menyebabkan pasien kusta malu untuk berinteraksi di masyarakat, keluarga juga malu untuk mengakui bahwa ada keluarga mereka yang menderita kusta. Ada pula tenaga kesehatan juga takut mengobati pasien kusta. Hal ini tentu tidak terjadi begitu saja,  bahkan ada stigma di masyarakat yang menyebutkan bahwa kusta adalah kutukan.

Secara nasional kasus kusta yang tercatat cenderung menurun. Pada ada 2019 ada sekitar 19.900 kasus sementara pada 2020 ada sekitar 13.180 kasus kusta di Indonesia.

Gejala-gejala Kusta
  1. Bercak putih kemerahan tidak gatal tidak sakit, harus segera ke puskesmas untuk diperiksa apakah mati rasa atau tidak.
  2. Melemahnya fungsi jari tangan dan kaki
  3. Demam ringan sampai sedang, bercak putih jadi kemerahan dan sakit. Sendi-sendi sakit

Kementerian Kesehatan menargetkan eliminasi kusta di tahun 2024 mendatang. Namun demikian, upaya eliminasi kusta di Tanah Air masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap keluarga dan penderita kusta. Akibat dari stigma ini, pasien kusta tidak dapat melanjutkan pendidikan, sulit mendapat pekerjaan, diceraikan oleh pasangan, dikucilkan oleh lingkungan, ditolak di fasilitas umum bahkan fasilitas pelayanan kesehatan. Sehingga penderita semakin sulit dideteksi dan diobati.


Cara perawatan diri dan mencegah disabilitas terhadap kusta
  1. Diperiksa, apakah ada kelainan. Jika ada maka dirawat dan diperiksa tiap hari apakah ada luka yang ditimbulkan karena kusta.
  2. Dilindungi, misal tangan bengkok makin lama makin mati rasa. 
  3. Dirawat, merendam dengan  air biasa, menggosok dengan batu apung dan dioles minyak kelapa. Perawatan ini harus diusahakan bisa dilakukan sendiri, tidak perlu dengan nakes. Dengan menggunakan bahan yang ada dirumah. Salah satunya dengan ditutup menggunakan kain perca (boleh dengan kain kassa, tapi kain kassa cenderung mahal).

Sementara menurut Ibu Sierli Natar, S.Kep berdasarkan pengalaman beliau sebagai Wasor TB/Kusta Dinas Kesehatan, Kota Makassar. Cara perawatan diri oleh orang yang mengalami kusta agar bisa sembuh dan terhindar dari disabilitas akibat kusta:
  1. Pasien mendapat penyuluhan dari dinas kesehatan.
  2. Pemeriksaan fungsi saraf, untuk mengetahui apakah ada kelaianan fungsi saraf.
  3. Kemudian diajarkan cara perawatannya. Dg melakukan perendaman didaerah yang ada kebaalan. Digosok secara perlahan menggunakan batu apung dan menggosok secara perlahan menggunakan minyak kelapa. Harus dilakukan secara rutin.

Sementara perawatan kusta yang sudah membentuk luka atau bengkok adalah:
  1. Perawatan tergantung lokasi dan tingkat keparahan dari luka.
  2. Kalau luka diupayakan bisa hilang dengan melakukan perawatan yang disarankan oleh dokter.
  3. Kalau sudah cacat harus melakukan perawatan diri seumur hidup.
  4. Meskipun sudah selesai minum obat, pasien kusta tetap berpotensi cacat. Sehingga perlu kontrol ulang secara berkala




Menghadapi kusta tentu ada tantangannya. Terlebih adanya stigma dari masyarakat. Tantangan tersebut ternyata tidak hanya dari masyarakat kepada pasien kusta. Tapi dari pasien kusta itu sendiri terhadap dirinya 
Menurut  Ibu Sierli Natar, S.Kep, tantangan yang dihadapi dalam menghadapi pasien:
  1. Pasien tidak terima didiagnosa kusta, jadi harus diberikan edukasi dan motivasi bahwa penyakit ini bisa disembuhkan.
  2. Pemahaman seluruh nakes tidak sama. Ada yang masih takut melakukan perawatan terhadap pasien kusta

Untuk membuat pasien lebih percaya diri, harus dilakukan upaya-upaya agar pasien lebih nyaman untuk bermasyarakat.
Cara membuat pasien kusta lebih percaya diri:
1. Diikutsertakan dalam berbagai kegiatan
2. Ketika mengunjungi layanan kesehatan diperlakukan sama dg pasien lainnya. Tidak diskriminasi


Stigma tentang kusta memang menjadikan kusta hal yang menakutkan di masyarakat. Padahal kusta dapat disembuhkan jika mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat. 
Menghadapi dinamika terhadap kusta di masyarakat bukan hanya menjadi tugas pasien, tapi juga bagaimana dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan. 

Semoga ke depannya, dengan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan, stigma terhadap kusta dapat dihilangkan dan pasien dapat hidup berdampingan dengan lingkungan tanpa diskriminasi.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Staycation Seru di Bekasi

Saat libur panjang tiba tak jarang aku bingung harus liburan kemana. Mau keluar negeri, budget terbatas. Mau ke liburan ke daerah puncak, ma...